Nov 25, 2008

Obamanomic!

Oleh : Ilham M. WIjaya, SE

Warga Amerika Serikat (AS) akan menguji ketangguhan Barack Obama Presiden AS terpilih dalam menyelesaikan masalah ekonomi dalam negeri yang sedang mengalami krisis finansial. Walaupun AS termasuk Negara yang memiliki cadangan devisa tinggi. Namun negara ini juga dililit utang dalam negeri cukup besar yang ditimbulkan oleh utang konsumtif kartu kredit warganya dan utang kreditor perusahaan-perusahaan finansial. Jika ini tidak dibenahi dengan cermat, imbasnya akan terjadi pada tatanan ekonomi global.

Seperti kita ketahui Obama memiliki oreintasi ekonomi berbeda dengan pendahulunya. Dalam kampanyenya Obama sering mengatakan bahwa ada kesalahan fatal yang dilakukan pemerintah George W. Bush terkait dengan sistem ekonomi yang dianut tidak memperhatikan kondisi riil masyarakat AS. Disaat pendapatan perkapita tinggi namun disisi lain pengangguran di AS terus membludak, ditambah defisit anggaran hingga mencapai 500 juta dollar AS akibat subsidi perang Irak menambah kehancuran ekonomi AS.

Untuk itu Obama bersama timnya berencana menerapkan pajak progresif untuk menstimulus perekonomian dalam negeri. Pajak progresif ini bertujuan untuk memberikan keadilan bagi masyarakat AS yang berpenghasilan rendah. Bagi masyarakat AS yang berpenghasilan tinggi (pendapatan diatas 250.000 dollar AS) akan dikenai pajak yang juga tinggi. Cara ini memang efektif, karena akan banyak dana bergerak secara dinamis sehingga meningkatkan konsumsi masyarakat (consumption demand).

Disisi lain penerapan pajak progresif ini harus diikuti dengan persiapan kabinet Obama untuk memberikan insentif dan fasilitas regulasi yang memadai terkait aktivitas ekonomi masyarakat menengah atas ini. Jika tidak kelompok masyarakat kelas atas ini akan mudah mengacaukan kondisi ekonomi dalam negeri.

Di AS jumlah masyarakat kelas menengah-atas berkisar antara 70%-80%, sedangkan masyarakat menengah-bawah sekitar 10%-15%, yang berpenghasilan rendah hanya sekitar 4%-6%. Indikator kelas menengah-atas ditandai dengan pendapatan diatas 10 Juta dollar AS per tahun. Untuk menengah-bawah pendapatannya dibawah 10 juta dollar AS per tahun. Sedangkan masyarakat bawah merupakan kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses pekerjaan (pengangguran,red), akses perumahan (housing rental,red) dan akses kesehatan (mendapat jaminan Negara). Padahal pendapatan perkapita AS merupakan terbesar di dunia yaitu mencapai 28 persen.

Krisis finansial yang melanda AS saat ini akan menjadi pekerjaan terberat Obama dalam menyelesaikannya. Tetapi masalah ini akan cepat pulih jika obama melakukan beberapa pendekatan diantaranya ; melakukan resrukturisasi sistem finansial AS dengan proteksi ala Keynesian tetapi tetap memberikan peluang pasar berjalan sebagaimana mestinya. Kemudian juga Obama perlu meninjau ulang defisit anggaran akibat perang Irak yang nilainya cukup besar, jika subsidi perang itu dialihkan pada sektor riil maka pertumbuhan ekonomi AS akan cepat pulih. Sekarang ini tinggal bagaimana political will Obama terutama menyangkut kebijakan pasar dan politik luar negeri bisa disesuaikan dengan prioritas kepentingan masyarakat AS.

Melihat sepak terjang Obama selama masa kampanye terdahulu, sikap dan pendekatan persuatif untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan politik luar negeri memberikan harapan baru bagi masyarakat AS. Obamanomic merupakan pendekatan ekonomi baru yang akan diterapkan di AS. Selama ini ekonomi AS berkiblat sepenuhnya pada free market. Di era Obamanomic kemungkinan akan terjadi proteksi yang menjaga kondisi ekonomi masyarakat kelompok menengah bawah, hal ini lazim disebut sebagai kapitalistik laisse faire.

Pendekatan Obamanomic dalam menyelesaikan urusan ekonomi domestik AS memiliki arti penting bagi keberlangsungan tata ekonomi Dunia. Karena harapan lahirnya tata ekonomi dunia yang lebih humanis bisa dimulai dari perubahan mendasar tata ekonomi AS.

Dengan pengalaman dan secara sosiologis memiliki garis keturunan dengan orang-orang yang berasal dari Kenya maupun Indonesia. Obama diharapkan memiliki sense of crisis terhadap persoalan negara berkembang. Kerjasama-kerjsama international yang selama ini merugikan posisi Negara berkembang, seperti; Kebijakan free trade melalui WTO, kebijakan utang luar negeri yang menjerat (debt trap) melalui World Bank, IMF, ADB, IADB, dll. Pada era Obamanomic ini, AS diharapkan mampu merubah haluan ekonomi dan dapat mendorong Negara-negara maju untuk memberikan kesempatan pada Negara berkembang untuk berbenah menyiapkan infrastruktur dan sistem ekonomi dalam negerinya. Agar dalam proses kerjasama tersebut tidak ada eksploitasi Negara maju yang merugikan Negara berkembang.

Untuk itu semua Negara di Dunia menanti komitmen Obama untuk bersikap lebih baik dari kebijakan presiden sebelumnya. Agar slogan ”We Change Believe In” tidak hanya sekedar kata-kata mati tetapi mampu membangkitkan harapan baru bagi masyarakat AS dan International.

Jakarta, 25 November 2008